Kategori :Cerpen
Penulis : Kevin Hendrawan
“Kamu sosok
pangeran dalam hidupku,
Mimpiku suram
bila tak memimpikannmu,
Kau seperti
magic yang membahagiakanku…” terdengar
suara puisi dari yang dibacakan
oleh Silvi. Begitu lantang suaranya, dan tanpaku kusadari saat ku dihukum
didepan kelas, kurasa telah jatuh cinta padanya. Selang waktu pelajaran bahasa
Indonesia berakhir, kembali ku masuk ke kelas setelah dihukum. Ku lihat wajah
Silvi yang begitu manis, hingga akhirnya aku melamun di kelas tepat saat
pelajaran fisika. “ Kevin…Kevin…Keeevin !!! “ suara Bu Asih mengagetkan
lamunanku yang sedang memikirkan Silvi. Akhirnya aku dihukum lagi dan sekarang
aku harus hormat di tiang bendera di siang bolong yang begitu panas dan begitu
menyilaukan. Hingga pelajaran berakhir.
Anak-anak
mulai satu persatu keluar dari kelasnya untuk pulang. Kuraih tangan Silvi dan
kutanya “ Silvi, nanti malam kamu ada acara nggak ? . Kalo enggak aku mau ajak
kamu nonton “ , Silvi sejenak terdiam. Satu jawaban ku tebak, kurasa pasti dia
nolak. Namun tebakan ku salah ternyata dia menerimanya. Akhirnya ku jemput
kerumahnya di jalan Tangkuban Perahu, tepatnya pukul tujuh malam.
Tertontonlah
film yang paling romantis. Kurasa dia begitu bahagia saat bersamaku didalam
gedung bioskop, dia pegang tanganku dengan begitu erat seperti layaknya
sepasang kekasih. Setelahnya ku ajak dia kesebuah café, kita bercanda dan tawa
disana. Jarum jam menunjukan pukul sepuluh malamm itu artinya aku harus antar
Silvi pulang kerumahnya sesuai janjiku pada kakaknya.
Ku kira kak
Dimas (kakak Silvi) akan marah,jika aku telat memulangkan Silvi. Ternyata
sebuah pemandangan aneh ku lihat, Kakak Silvi sedang pesta miras di rumahnya.
“Silvi, kenapa kamu pulang, Padahal kalau kamu nggak pulang, rumah ini terasa
bebaaas “ Kata kak Dimas dengan nada orang yang mabuk dan menampar Silvi dengan
kerasnya. Serentak Silvi berlari ke lantai dua rumahnya dan masuk kekamarnya.
Langsung saja kutelfon dia dari depan rumahnya dan bertanya bagaimana
keadannya. Dia tak menjawab dan hanya mengangkatnya saja. Lalu kunyanyikan
sebuah lagu , mungkin bisa menghiburnya, tiba-tiba di menjawab “ Makasih ya
vin, kamu udah hibur aku. Dah dulu ya “ Begitu ku dengar kata-kata itu darinya.
Bergegas pulanglah aku dengan motor vespaku yang sudah butut dan kusam
warnanya. Keesokan harinya di sekolah ku SMA Yos Sudarso.Ternyata hari ini
Silvi tak masuk sekolah karna sakit. Aku berfikir “apakah semua itu karna
semalam ya ?”.Sepulah sekolah, langsunglah aku kerumahnya. Dan ku lihat
rumahnya begitu sepi.
Ku telfon
dirinya, namun tak ada yang menjawab. Begitu gelisah diriku. Kutanya pada semua
tetangganya, namun tak ada yang tahu dimana Silvi dan Kakaknya berada.
Satu minggu
telah berlalu. Kurasa aku telah merindukannya, seakan Tuhan mengerti yang
kufikirkan BB ku berbunyi. Silvi mengajaku bertemu di alun-alun. Seperti biasa
anak-anak pulang dengan cepat tanpa ada yang nongkrong, tapi kurasa itu tak
perlu ku pikirkan dalam benaku hanya bertanya “ ada apa Silvi ingin bertemu “.
Kuharap karna dia rindu padaku.
Kutemui dia di
alun-alun. Ku dekati dia, namun mengapa wajahnya sedih. Kutanyakannlah padanya.
Ternyata dia harus pindah ke Semarang dan ini hari terakhir dia di Cilacap.
Namun kurasa sangat janggal, seharusnya jika ia berpisah dengan kakaknya dan
tinggal dengan neneknya pasti bahagia. Aku pun mulai curiga.
Malam pun
tiba, aku masih kepikiran dengannya yang mengapa sedih. Kucoba telfon dirinya,
namun saat terangkat. Aku mendengar pembicaraan yang sangat aneh yang mengarah
pada penjualan manusia. “ apakah Silvi akan dijual oleh kakaknya ? “ pikirku
dalam hati. Segeralah aku pergi kerumah Silvi, dan kurasa hipotesis mulai
mendekati kebenaran. Rumah Silvi dijaga ketat oleh enam bodyguard di depan
pintu rumahnya. Saat kucoba melihat kedalam, ku lihat Silvi dengan pakaian
serba seksi dan seperti pelacur dan kakaknya sedang melakukan transaksi kepada
clientnya . Aku mencoba menerobos masuk rumahnya, namun di hadang oleh
bodyguard dan kemudian di pukuli. Dari dalam terdengarlah suaraku yang sedang
di pukuli. Silvi pun langsung keluar dan memapahku.
Dengan
kesempatan itu aku langsung menggandeng tangan Silvi dan kabur kesebuah desa
yang sangat terpencil. Satu bulan ku tinggalkan sekolah. Tapi kurasa aku dan
Silvi memang benar-benar butuh sekolah. Ku beranikan diriku untuk ke kota untuk
mengambil berkas –berkas untuk pindah sekolah. Dan hanya satu bulan kita pindah
sekolah di desa dan kemudian kembali lagi. Tak kusangka semua yang aku
tinggalkan kembali berubah. Teman-teman sekolah ternyata sangat rindu dengan
kami berdua.
Sepulang
sekolah kami melihat bagaimana keadaan Kak Dimas di rumah Silvi. Rumah tersebut
ternyata kosong, lalu kami bertanya-tanya dengan para tetangga. Menurut kabar
Dimas pindah ke Jakarta bersama clientnya sebagai ganti rugi malam itu.
Silvi yang
mendengar hal itu menjadi merasa gelisah dan cemas akan keadaan kakaknya. Aku
antarkan dia pulang kerumahku. Aku aku tanyakan apa yang terjadi sebenarnya .
Silvi menceritakan apa yang dialami dirinya dan kakaknya. Keduanya terlibat
hutang yang begitu besar, dan itu lah yang membuat Kak Dimas stress dan menjadi
orang yang kesar dan pemabuk. Kutanya berapa hutangnya. “Total hutangnya satu
milyar” katanya dengan gemetaran.
Kutanya keberadaan orang tuanya dan dia hanya terdiam dan menagis. Aku pun yang
merasa bersalah segera meminta maaf dan meninggalkannya sendiri agar ia dapat
menenangkan diri.
Siang pun
berganti malam. Di taman tepat di depan kolam renang Silvi menghampiriku
“Kenapa kok kamu care banget sama aku ?”
Tanya Silvi padaku. Ku pegan tangannya dan kupeluk dirinya. Akhirnya ku
katakan perasaan ini padanya.
Pagi hari yang
Cuma panggil aku kamu pun berubah menjadi ayang –ayangan. Disekolah pun kita menjadi
sangat dekat. Pulang sekolah kita kesebuah warnet untuk mencara sebuah
pekerjaan bergaji besar dan dapat melunasi hutang Silvi dan Kakaknya. Setengah
jam berlalu, akhirnya ku temukan sebuah pekerjaan yang bergaji besar. Namun
resiko yang dihadapi pun sangat besar karna sangat berpacu pada kecepatan. Hari
yang di jadawalkan pun tiba. Silvi berusaha melarangku untuk mengikuti balapan
motor ini karna sangat mengerikan. Aku tak menghiraukannya dan kulihat wajah
Silvi begitu cemas melihat diriku .
Balapan pun
dimulai, semua berpacu pada kecepatan tinggi. Dari tiga puluh perserta, akulah
yang paling belakang. Silvi yang cemas menyemangatiku. Aku pun jadi semangat,
satu persatu lawan ku lalui hinggan di urutan pertama. Hingga putaran terakhir
aku masih memimpin. Namun salah satu pemain berbuat curang. Ia menyerempetku
tepat saat belokan menuju finish. Aku memang berhasil memenangkan perlombaan
dan dapatkan hadiah, namun sesaatnya aku terjatuh dari motor dan kepalaku
terbentur sangat parah dan harus segera dirawat di rumah sakit.
Satu bulan aku
koma dirumah sakit dan tak masuk sekolah, begitu pun Silvi. Uang dua milyar
yang kami dapat memang dapat membayar hutang Silvi dan kakaknya. Namun sampai
saat itu kakaknya belum ditemukan. Tepat saat membayar administrasi, Silvi
melihat kakaknya. Segera ia pun mengejarnya, namun segera ia menghilang. Silvi
pun kembali ke bagian administrasi dan bertanya pada perawat, untuk siapa pria
tadi membayar dan di kamar nomer berapa ?. Petugas administrasi memberitahunya
dan Silvi segera pergi untuk meyakkinkan dirinya bahwa pri tadi adalah Kak
Dimas.
Ternyata benar
pria tadi adalah Kak Dimas . Kak Dimas sedang bersama pria yang memberinya
hutang yang sedang dirawat di rumah sakit itu juga. Silvi kembali ke ruang rawatku. Ia mengambil
hadiah tersebut untuk membayarkan hutangnya. Sesaat saat dia akan pergi ke
ruangan rawat tadi, aku tersadar dan langsung memegang tangannya dengan erat
seakan tak ingin dia tinggalkan diriku. “kamu mau kemana ? “ tanyaku dengan
terbata-bata pada Silvi. Silvi yang terkagetkan pun lang memanggil dokter untuk
memeriksa keadaanku. Setelahnya kutanyakan lagi kemana dia akan pergi, dan lalu
Silvi menceritakan apa yang ia alami barusan. Lalu kusuruh ia berikan uangnya
dan kusuruh dia ajak kakaknya ke ruangan rawat ku . Silvi pun menuriti
keinginanku. Kakaknya ke ruanganku dan kakaknya kemudian meminta maaf kepada
Silvi atas perbuatannya selama ini padanya .
0 komentar:
Posting Komentar